DARI IBADAH SYKURAN 33 ANGGOTA DPRP ASAL PEGUNUNGAN
Setelah melewati masa kampanye dan pemilu yang panjang, akhirnya semua calon anggota legislatif Papua di lantik pada 5 Oktober 2009 lalu. Dari 53 anggota DPRP itu, 33 orang diantaranya adalah putra-putri asal pengunungan tengah. Bagi orang pegunungan, ini merupakan sejarah baru dalam perjalanan politik di Papua Barat. Orang gunung yang selama ini dianggap terbelakang, bodoh, dan tidak bisa, membuktikan dirinya bahwa mereka juga bisa. Mereka tampil di panggung politik Indonesia untuk menepis stigma-stigama negatif yang selalu dialamatkan kepada mereka. Mereka mau bilang bahwa sudah tiba saatnya orang gunung merubah sejarah. Untuk mensyukuri anugerah Tuhan itu, sebagai anak Tuhan tapi juga anak koteka, mereka melakukan acara syukuran dalam bentuk ibadah dan bakar batu (Barapen). Masyarakat pegunungan yang ada di dua kabupaten dan satu kotamadya dikerakan untuk ikut berpatisipasi dalam kegiatan ini. Sekitar 50-an ekor babi dan puluhan ekor ayam dikorbankan dalam acara ini guna satapan bersama. Acara syukuran ini berjalan dengan aman dan terkendali dibawah cuaca yang cukup cerah.
“Telah Tiba Saatnya”
Itulah judul dari renungan Firman Tuhan yang disampaikan Pdt.Socrates Sofyan Yoman, MA (Ketua Sinode Baptis Papua) dalam acara pengucapan syukur ke-33 anggota DPRP asal pengunungan tengah di Puspigra Kampung Harapan Jayapura. Renungannya diambil dari kitab Yohanes 17:1-26. Tema yang diangkat oleh panitia adalah “Satukan langkah untuk membangun Papua yang Aman, Damai, Sejahtera, dan tegakan Kebenaran Hak Asasi Manusia (HAM) menuju Papua Baru”. Mengawali khotbahnya pak Yoman menyampaikan bahwa tema yang diangkat oleh para anggota dewan ini tentunya merupakan komitmen. Komitmen untuk merubah wajah Papua yang selama ini dirasa tidak aman, tidak damai, tidak sejahtera dan jauh dari keadilan serta penegakan HAM. Secara khusus beliau menyampaikan pesan bahwa “komitmen kalian hari ini sudah didengar oleh Tuhan Allah, Alam Papua, Rakyat Papua dan tulang belulang orang Papua Barat yang telah tiada”. Oleh karena itu, kami harap komitmen yang lahir dari hati itu, kalian pegang baik-baik.
Ia juga sedikit mengklarifikasi komentar seorang anggota dewan baru di koran beberapa waktu lalu yang bilang “ saatnya anak koteka bicara”. Beliau menyampaikan bahwa kata “anak koteka” harus dirubah menjadi “anak Papua”. kita orang Papua ras Melanesia dari Sorong sampai Merauke adalah satu. Jangan kita mengkotak-kotakan diri kita. Jangan kita mendukung politik pengkotak-kotakkan yang dibuat oleh orang lain terhadap kita. Sampai kapan pun kita tetap satu dan itu tidak bisa diubah.
Barrack Obama orang Amerika yang berasal dari keturunan kulit hitam Afrika, hari ini telah menjadi presiden di negara Super Power Amerika Serikat. “We Can Change” adalah visinya, dan kiranya itu juga jadi visi kita hari ini. Kalian (para anggota dewan) dan kami semua punya tugas hari ini untuk merubah Papua agar lebih dari hari kemarin. Beberapa pesan yang disampaikan dalam renungan itu adalah:
1. Injil adalah kekuatan. Hanya kekuatan injil yang mampu merubah paradigma penguasa untuk membangun Papua. Oleh karena itu pegang injil itu sebagai kekuatan kalian. Kalian harus menjadi teladan dalam kata dan tindakan. Hari ini kalian telah berkomitmen dan rakyat ini telah mendengarnya, maka nyatakanlah itu. Dengan kekuatan injil bicaralah tetang perubahan.
2. Rakyat Papua hari ini sedang membisu. Kalian punya tugas untuk membuat mereka/rakyat bicara. Jangan biarkan mereka hilang dalam kebisuan. Mereka punya hak untuk bicara. Bicara tentang hak-hak dan nasib hidup mereka. Bicara tentang harapan hidup mereka. Jangan tutup pintu kantor, jangan matikan atau ganti nomor hp kalian. Bukalah telinga, biarkan mereka bicara dan perjuangkanlah itu. Bicaralah tentang nasib mama-mama asli Papua yang berjualan beratapkan lagi dan beralaskan tanah dan daun pisang di depan Galael itu.
3. Jaga identitas diri. Menjaga identitas diri itu penting. Identitas diri sebagai anak Tuhan, anak adat, dan anak Papua. Perjuangkan identitas itu. Jangan menjadi bagian dari perusak dan pembunuh. Karena injil dan budaya tidak megajarkan kita tentang hal itu.
4. Berbicaralah bagi mereka yang ada dipenjara-penjara. Hari ini Yusak Pakage, Philep Karma, Selpius Bobbi, Buctar Tabuni ,dkk sedang ditahan dipenjara. Perjuangkanlah kebebasan mereka. Mereka tidak berbuat makar. Mereka hanya berjuang untuk sebuah demokrasi baik dan adil, karena negara ini negara demokrasi dan hukum. Semua orang bisa menyampaikan pikirannya dengan bebas. Jangan kita dicap, OPM, Separatis dan Makar, karena itu tidak ada di Papua. Bilang sama penguasa, jangan menabur istilah-istilah itu di Papua lagi.
5. Bicaralah tentang kemanusiaan. Janganlah takut bicara tentang kemanusiaan di Tanah Papua. Karena kemanusiaan adalah isu universal. Semua orang di dunia bicara tentang itu. Kami gereja akan berjalan bersama anda. Sekali lagi jangan takut, sebab Tuhan, alam ini, dan seluruh bangsa Papua Barat semua manusia di dunia ini ada bersama anda.
6. Ingatlah selalu pesan-pesan para penginjil barat duluh. Saat Ottow dan Geisler menginjakkan kaki mereka untuk pertama kalinya di Tanah Papua mereka pernah katakan “dengan nama Tuhan kami menginjakan kaki di Tanah ini”. Tanah ini dan manusianya sudah diberkati dengan nama Tuhan, oleh karena itu jangan bertingkah diluar apa yang Tuhan mau. Ada juga pesan lain dari Ishak Samuel Kijne “siapa yang bekerja dengan jujur di atas tanah ini dia akan melihat satu tanda heran kepada tanda heran lainnya”. Oleh karena itu bekerjalah dengan jujur. Jangan menipu rakyat. Kalau mau dapat banyak berkat.
Dulu sebelum Obama naik jadi presiden Amerika, Marthen Luther King, Jr pernah bermimpi bahwa suatu saat anak-anak dari para budak dan para tuan tanah akan berjalan bergandengan tangan di sepanjang pinggiran sungai missisipi. Mimpi itu kemudian di wujudkan oleh Obama. Hari ini rakyat Papua punya mimpi tentang Papua Baru, mampukah kalian menjawabnya?
Sementara itu Baharudin Munas Kepala wilayah Departemen Hukum dan HAM Papua yang diberi kesempatan untuk menyampaikan sambutan mewakili Pemerintah menyampaikan bahwa:
1. Sepakat dengan kata pak Yoman tentang perhatian yang harus diberikan kepada mama-mama asli Papua. DPRP harus berjuang untuk mama-mama asli Papua yang berjualan di depan Galael itu.
2. Saya juga sependapat dengan kata-kata penegakan HAM di Papua. Beliau menyampaikan bahwa di depertemen hukum dan ham ada Panitia Tetap (Pantap) yang telah dibentuk untuk menampung aspirasi HAM dari masyarakat. Selama ini kami sudah bekerja sama dengan beberapa NGO yang ada di Papua. Oleh karena itu mari kita gereja dan DPRP bekerja sama untuk itu.
3. Anda yang jadi dewan adalah orang asli Papua. Otonomi khusus dihadirkan untuk orang asli Papua. Anda harus merubah semua aturan-aturan yang mematikan lajunya kehidupan orang Papua. Agar dierah Otsus ini orang Papua bisa sejahtera dan damai.
4. Kepada anggota dewan yang terpilih kami minta supaya HPnya selalu aktif untuk menerima aspirasi dari masyarakat. Saya sendiri juga selalu akatifkan HP saya dan selalu bersedia menerima aspirasi dari masyarakat.
Berikutnya sambutan mewakili para anggota dewan disampaikan oleh Yunus Wenda. Sambutannya diawali dengan salam damai ala berbagai suku asli di Papua. Hanya dua hal yang disampaikannya, yaitu:1) Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh masyarakat pegunungan tengah yang telah mendukung kami dengan memberikan suara pada saat pemilu lalu. 2) Kalau hari ini kami bisa kasih makan banyak orang kami akan buktikan di DPRP nanti.
Terakhir pak Yoman diberi kesempatan tuk menyampaikan pesan-pesan mewakili PGGP. Pesan-pesannya sebagai berikut :
1. Kalian anggota parlemen harus selalu ada di hati Tuhan Allah dan hati rakyat. Karena kalian diutus oleh Allah dan Rakyat buatlah mereka tersenyum dan bangkitkan mereka dari kebisuannya.
2. Tolong perjuangkan nasib mama-mama asli Papua yang berjualan didepan Galael Jayapura yang beralaskan daun pisang. Semua pejabat dok II lewat disitu tapi tidak peduli. Seolah-olah orang buta yang lewat disitu.
3. Tolong perjuangkan agar Yusak Pakage, Philep Karma dkk, agar dibebaskan sebab negara ini negara demokrasi.
4. Tolong pikirkan tanah-tanah rakyat yang diambil ahli oleh pemerintah atas nama pembangunan. Usahakan supaya hak pemilikan terhadap tanah itu kembali kepada masyarakat yang punya hak milik.
5. Tolong tinjau penanaman kelapa sawit di Arso dan beberapa tempat di Papua. Apakah itu menguntungkan orang asli atau merugikan?
6. Lihatlah kembali para pemegang HPH yang sudah ada, apakah selama ini rakyat diuntungkan atau tidak. Jika ada pemegang HPH yang hendak masuk tolong periksa baik-baik mereka itu.
7. Banyak ruko-ruko telah dibangun disepanjang jalan Jayapura Sentani, tolong diperiksa adakah orang Papua yang punya, adakah orang Papua bekerja didalamnya?
8. Kami gereja menyeruhkan kepada semua kepala-kepala suku di tanah Papua agar tidak menjual tanah. Tanah itu mama, tempat kita hidup, berpijak dan berkarya jangan di perjual-belikan. Pertahankan dia.
9. Kami gereja dan masyarakat Papua menyeruhkan agar anggota parlemen yang baru tidak memperjuangkan pemekaran kabupaten/kota yang baru. Kehadiran pemekaran kabupaten ini justru membelah kita orang Papua sehingga kita terpecah-pecah, ruang gerak rakyat untuk mencari nafkah di hutan terbatasi, dll. Sekali lagi kami minta jangan ada yang berjuang untuk itu.
10. Tolong kembalikan keaslian di tanah Papua. Tempat-tempat publik dan nama-nama jalan raya harus diberi nama asli Papua. Misalnya jalan Yosudarso diganti dengan jalan Theys Eluay, dll.
Setelah kegiatan selesai semua masyarakat yang hadir di pulangkan dengan 10 buah truk ditambah tiga buah bus. Banyak juga yang pulang mengunakan kendaraan umum seperti taksi.
by Naftali Edoway
Tidak ada komentar:
Posting Komentar