Senin, 14 Juni 2010

JAMES, A BEVERLY, HOLY LAUGHTER AND TORONTO BLESSING (1997), YOGYAKARTA: YAYASAN ANDI, 290 HALAMAN.

(Pdt.Dr. Benny Giay)

Buku ini merupakan hasil dari penelitian lapangan yang dilakukan oleh James Beverly seorang guru besar dalam bidang teologi dan etika pada satu Lembaga Pendidikan Tinggi Teologi (Seminari Teologi) di Toronto, Kanada. Dengan bekal penelitian terhadap gerakan keagamaan modern selama 20 tahun lampau, penulis ini mengadakan studi mengenai gerakan spiritual yang terjadi dalam Gereja Vineyard di Toronto dewasa ini.

Gereja Vineyard adalah suatu aliran dalam pentakosta. Gerakan keagamaan ang diteliti Beverly ini dalam kepustakaan dewasa ini dikenal sebagai Toronto Blessing. Kemungkinan karena gerakan ini timbul di suatu temapt tidak jauh dari kota Toronto. Tepatnya lawatan Roh Allah ini menurut penganutnya terjadi di sebuah jemaat kecil (gereja vineyard) tidak terlalu jauh dari bandara internasional Pearson Toronto pada tanggal 20 Januari 1994. sejak itu pertemuan ibadah di bandara terus berlangsung.
Berita tentang kunjungan Roh Kudus ini menyebar dengan cepat dan orang dari segala penjuru dunia dating ke Toronto. Banyak Perusahan Penerbangan memberi potongan khusus kepada orang yang dating kesana untuk melihat pengalaman penyegaran spiritual ini.
Siapa tokoh kunci dari gerakan kebangunan spiritual ini? Sekurang-kurangnya ada dua orang: Pdt. John Wimber dan Pdt. Rodney Howard-Browne. John Wimber ini pemimpin tertinggi dari Asosiasi Gereja Vineyard Sedunia yang lahir tahun 1943 di Mideast Amerika, dari ayah pecandu alkohol yang pergi dari rumah meninggalkan John dan mamanya pada waktu John masih kecil. Tahun 1955 John menikah. Ia memiliki bakat musik karena itu tidak heran kalau ia mengawali kariernya sebagai penulis lagu untuk suatu kelompok Rock. Ia sangat berhasil dlam dunia musik.
Mungkin keberhasilan ini menyiapkan dia dalam kepopuleran John dalam bidang agama kelak di kemudian hari. Tahun 1962 John berpisah dengan isterinya. Dalam keadaan ini john mencari pertolongan Tuhan. Pengalaman keagamaan yang paling menyentuh hidupnya ialah kesembuhan ilahi yang dialami anaknya Sean pada saat yang disebutkan terakhir ini mengalami serangan sengatan sepasukan lebah. Tahun 1970 John menjadi Pendeta pada suatu gereja dan pada tahuan 1974-1978 Carol, isterinya mulai mengambil bagian dalam suatu persekutuan doa kaum wanita di suatu jemaat yang tahun berikutnya suaminya (John) menjadi Pendeta. Dalam tahun 1980 John mulai bertugas dalam Gereja Vineyard hingga sekarang. Pengaruhnya sangat besar dalam Toronto Blessing ini.
Tokoh lainnya ialah Rodney Howard-Browne yang berasal dari Afrika Selatan. Ia telah menyelengarakan Ibadah Penyegaran Spiritual di Negara Paman Sam ini sejak tahun 1987; dan menjadi sangat terkenal diantara orang Karismatik dan Pentakosta.
Yang menarik dari gerakan ini ialah manifestasi kehadiran Roh melalui orang-orang yang mengaku telah kepenuhan Roh Kudus seperti mengaum-ngaum seperti singa; menggonggong seperti anjing dalam suasana ibadah; berlari-lari tanpa arah sementara ibadah, atau roh tertawa yang tak terkontrol diantara peserta ibadah ini (sehingga sering kotbah diperpendek karena suara pengkotbah hilang dalam gelak tawa peserta ibadah),dll. Apakah ini betul manifestasi Roh Kudus? Itulah salah satu pertanyaan yang dicoba untuk dijawab oleh Beverly dalm buku ini. Beverly sendiri walaupun simpatik terhadap gerakan ini tetapi menyatakan “waspada”. Ia mengingatkan semua pihak (khususnya pihak pengikut gerakan ini) untuk terbuka menerima kritikan yang dilontarkan berbagai pihak yang berseberangan jalan dengan pengikut gerakan ini.

Minggu, 13 Juni 2010

TAK TERKOOPTASI IDEOLOGI ASING: TEGAR SEPERTI DANIEL

Kitab Daniel mencatat berbagai peristiwa dari penyerbuan pertama Nebukadnezar ke Yerusalem (tahun 605) hingga tahun ketiga pemerintahan koresy (tahun 536 SM). Daniel adalah seorang remaja ketika peristiwa dalam pasal 1 (Daniel 1:1-21) terjadi dan sudah mencapai akhir usia 80-an ketika menerima berbagai penglihatan dalam pasal 9-12 (Daniel 9:1-12;13). Ia mungkin hidup sampai sekitar tahun 530 SM, menyelesaikan penulisan kitab ini dalam usia lanjutnya. Pengetahuan kita tentang nabi Daniel ini diperoleh hamper sepenuhnya dari kitab ini (bd.Yeh 14:14,20). Daniel mungkin menjadi keturunan raja hizkia (bd.2Raja 20:17-18; Yes 39:6-7); dia pasti berasal dari keluarga terdidik kalanngan atas di Yerusalem (Daniel 1:3-6), karena Nebukadnezar pasti tidak akan memilih pemuda asing dari kalangan bawah untuk istananya (Daniel 1:4,17). Daniel mungkin dijadikan sida-sida di Babel seperti kebiasaan pada waktu itu bagi pegawai laki-laki di Istana (bd Daniel 1:3; 2 Raja-Raja 20:18; Matius 19:12). Keberhasilan Daniel di Babel disebabkan oleh integritas kepribadian, karunia-karunia nubuat, dan campur tangan Allah yang mengakibatkan dia segera mendapat kenaikan pangkat pada kedudukan penting dan penuh tanggung jawab (Daniel 2:46-49; Daniel 6:1-3).
Pada saat orang Israel ditawan semua harta benda mereka pun diangkut Nebukadnezar ke Babel. Negara Israel dihancurkan. Tidak ketinggalan semua perkakas ibadah dirumah Tuhan pun diangkut. Bangsa Israel dikuras habis-habisan mulai dari harta benda sampai tenaga mereka. Dari orang-orang pembuangan itu Daniel salah satunya. Daniel yang mudah ini tidak pernah bermimpi berada di tanah penjajah, mungkin ia punya mimpi lain menyangkut masa depan hidupnya. Ia dan ketiga kawannya adalah anak-anak muda yang taat karena mereka dibesarkan dalam keluarga yang takut akan Tuhan.
Bagaimana Daniel dan kawan-kawan menyikapi penderitaan dan penghancuran Bait Allah dan Negara dalam suasana pembuangan bangsanya? Mereka berketetapan untuk tidak menyerah kepada keadaan. (Daniel 1:8) Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja….daniel dan kawan-kawannya tetap mempertahankan fighting spirit. Keadaan sekitar dan penderitaan juga pelecehan yang dilakukan bangsa babel yang telah mengahancurluluhkan Bait Allah dan Negara secara memalukan, tidak mengurangi semangatnya. Mereka bisa mengendalikan emosi dan tidak menyerah. Siasat umat Tuhan dalam suasana penuh penderitaan tidak sampai disitu. Tuhan menasehati umatNya untuk membangun kehidupan. Tidak usah bermimpi untuk jalan keluar yang cepat dan bebas dari tawanan babel dalam waktu dekat. “Dirikanlah rumah untuk kamu diami, buatlah kebun untuk kamu nikmati hasilya; ambillah istri untuk memperanakan laki-laki dan perempuan, agar disana kamu bertambah banyak dan jangan berkurang. Usahakanlah kesejahteraan kota kemana kamu Aku buang dan berdoalah untuk kota itu kepad Tuhan sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu” (Yeremia 29:5-7). Pesan yang hendak disampaikan dalam bagian ini bahwa walau hidup di pembuangan, negeri yang asing, negeri yang berbeda kehidupan social budaya jangan pernah melupakan jatih diri kalian. Kebiasan baik seperti bangun rumah, buat kebun, kawin mawin, hidup damai dan doa harus terus dilakukan. Bisakah kita di Papua Barat memaknai Firman Tuhan kepada umat Tuhan di dalam pembuangan ini sebagai jawaban Tuhan terhadap situasi kita di Papua?


Sikap dan Kepribadian Daniel?

Pertanyaan kita sekarang adalah mengapa Daniel tidak mau menajiskan dirinya? Menajiskan diri itu sama dengan mencemarkan diri atau sesuatu (perbuatan, tindakan, benda) yang dapat membatalkan/menggagalkan/membunuh kesucian untuk beribadah. Artinya Daniel mau supaya ia hidup selalu berkenan dihadapan Tuhan.
1. Daniel mau mengatakan bahwa ia anak Tuhan/anak yang takut akan Tuhan. Bagi dia anak Tuhan itu tidak mengenal kompromi. Yang namanya dosa, entah itu kecil atau besar ya tetap dosa. Tidak ada tawar menawar. Salah tetap salah. Kejahatan tetap kejahatan. ( Amsal 1:7 takut akan Tuhan adalah permulahan pengetahuan….). Takut akan Tuhan itu seperti apa? Takut akan Tuhan itu berlari-lari mendekat kepada Tuhan bukan berlari-lari menjauhi Tuhan. Takut akan Tuhan itu seperti komitmen yang dibuat oleh Paulus untuk berlari-lari menuju ketempat dimana Allah berada dan mendapat mahkota sebagai hadiah dari perjuangannya. Pengethuan seperti apa? Pengetahuan tentang apa yang baik dan tidak, tentang apa yang harus dilakukan dan tidak. Sampai disini Daniel adalah pemuda yang tidak muda dipengaruhi.
2. Daniel adalah pemuda yang taat kepda nasehat dan pengajaran orang tua (amsal 1:8). Dan itulah kebiasaan orang Yahudi. Mereka menceritakan keturunan mereka juga perbuatan-perbuatan ajaib yang Tuhan buat pada nenek moyang mereka. Mengapa kita taat kepada orang tua? Karena mereka adalah wakil Allah di bumi. Mereka adalah alat untuk menghadirkan kita di bumi. Mereka sudah memiliki banyak pengalaman hidup. Pengajaran itu biasanya seperti; anak ko jangan begitu nanti Tuhan Yesus marah, anak ini ko bapade, itu ko pu tanta, itu ko pu om, mamade, tete, nenek, dong mama dengan bapa ini, dong pu anak sekian, dll. Anak tong pu tanah tu dari bukit ini ke gunung yang sana. Dulu tete dong datang dari situ, dan menetap disini, dsb (matius 1:1-17).
Kalau di Paniai bisanya orang tua bilang anaknya kalau kamu jalan ke kota kamu punya celana/rok itu ikat kuat-kuat. Nasehat itu diberikan agar anaknya berhasil, bisa mengangkat derajat mereka di mata Tuhan tapi juga di mata manusia. Tangisan orang tua saat melepas anaknya adalah tangisan doa dan harapan, sementara tangisan saat anaknya kembali dengan berhasil adalah tangisan kebahagiaan. Walau dalam Alkitab tidak disebutkan, tetapi saya yakin orang tua Daniel pasti sangat bahagia melihat anak mereka berhasil dalam mempertahankan iman, identitas diri dan mendapat kedudukan yang penting dalam pemerintahan.
3. Daniel adalah pemuda yang berani. Keberaniannya, ia tunjukan dengan menolak tawaran makan makanan raja yang sudah terlebih dahulu dipersembahkan kepada baal. Berani menolak sesuatu yang tidak benar, walaupun mungkin itu menyenangkan secara kedagingan manusia. Kebernian disini adalah keberanian yang menolak santapan raja dengan lembut bukan kasar. Karena ia tahu bahwa banyak cara dapat digunakan untuk mencapai tujuan hidupnya yang benar.
Seringkali ketika pemuda Kristen diperhadapkan pada situasi yang sama, mereka/kita tidak berani menolaknya. Apalagi kalu dia itu sahabat baik kita/kekasih. Ah….! Satu sloki saja trapapa mo, ini satu batang rokok saja trapapa mo, ah...! kita buat saja nanti sa tanggung jawab. Apalagi diacam putus hubungan sebagai sahabat atau pacar. Saat-saat seperti itu adalah saat dimana ketahanan Iman kita diuji. Sekarang tergantung kita?
4. Daniel adalah seorang muda yang teguh hati dan berpendirian. Ia belajar banyak ilmu pengetahuan orang Babel, tetapi ilmu pengetahuan itu tidak membuat dia sombong dan tidak merubah jalan pikirannya. Ketetapan hati terhadap Tuhan dan tanah airnya tidak pernah berubah. Bagi Daniel pengetahuan yang didapt di babel hanyalah pelengkap. Yang utama adalah pengetahuan yang dating dari Tuhan dan orang tuanya.
Dalam dunia penjajahan, satu politik yang gencar dimainkan oleh penjajah adalah merubah pola piker bangsa yang dijajah supaya mengikuti ideologi penjajah. Akhirnya, lambat laun bangsa terjajah dibuat lupa akan jatih diri, tanah air, sesama dan kebersamaan, juga sikap dan pendirian hidup mereka. Seluruh kehidupan; pola dan tingkah laku dan cara berpikir akan mengikuti kebiasaan bangsa penjajah tadi. Akhirnya bangsa terjajah dibuat manusia tak berbudaya. Proses ini biasanya dilakukan lewat sarana pendidikan dan pemaksaan kehendak bebas di mana mereka disibukan dengan pekerjaan-pekerjaan yang mendukung kepentingan penjajah. Hal itu juga pernah terjadi pada bangsa Israel saat mereka di Mesir.
5. Daniel mempunyai kebiasaan doa yang efektif. Ia selalu berdoa tiga kali sehari. Ia juga selalu berdoa puasa untuk menemukan jalan keluar dari masalah-masalah hidup pribadinya tapi juga raja Babel. Ia membangun kebiasaan seperti itu karena ia menyadari bahwa kekuatan, kemampuan serta pengetahuannya sangat terbatas.
6. Daniel adalah pemuda yang rajin belajar. Ia bertanggung jawab dengan kesempatan yang diberikan oleh Allah untuk belajar. Karena ia tahu dari semua pengetahuan yang ia dapat itu untuk menjadi berkat bagi banyak orang. Bagi dia jam belajar ya belajar, jam pelayanan ya pelayanan, jam olah raga ya olah raga. Persekutuan kita dengan Tuhan harus seimbang dengan belajar kita.

Akibatnya:
a) Allah mengaruniakan kasih saying melalui pengawai istana (ayat 9)
b) Allah membuat badan mereka sehat dan gagah (ayat 15)
c) Ilmu mereka sepuluh kali lebih cerdas dari pada semua orang berilmu dan semua ahli jampi-jampi di seluruh kerajaan (ayat 20)
d) Allah mengaruniakan pengetahuan dan kepandaian tentang berbagai-bagai tulisan dan hikmat menafsirkan penglihatan dan mimpi (ayat 17)
e) Allah juga mengaruniakan kedudukan yang layak/menjadikan mereka pemimpin yang dalam pemerintahan di Babel.

Bagaimana sikap hidup kita dewasa ini?
Hidup kita dewasa ini, di Indonesia tapi juga di tanah Papua terlihat tidak beres. Kalau kita ikutiberita (Koran/radio/majalah/TV) hampir setiap hari terjadi kejahatan, kekerasan, pencurian, perampokan, pembunuhan, penganiayaan, kemiskinan, dll. Penguasa pun melakukan KKN, sehingga rakyat kecil dirugikan. Hak-hak rakayat kecil tidak diperjuangkan dengan serius. Tanah tempat rakyat berpijak diambil pemrintah atas nama pembangunan. Hutan-hutan tempat berburuh dan mencari kayu baker di baker dan ditebang habis oleh perusahan-perusahan pemilik HPH. pengangguran dimana-mana. Kemiskinan di papua yang mencapai 73% lebih. Penyebaran HIV/AIDS, minuman keras, narkoba, seks bebas yang semakin meningkat adalah kenyataan hidup kita dewasa ini.
Dalam gambaran situasi seperti itu kita hidup, melayani dan berpendidikan. Tantangan bagi pemuda adalah menjawab pertanyaan apa yang bisa dilakukan? Apakah kita terbuai dan mengikuti arus itu atau bisakah kita seperti Daniel yang tetap takut akan Tuhan, menerima dan melaksanakan nasehat orang tua, berani, berketeguhan hati/berpendirian, memiliki kebiasaan doa yang efektif dan rajin belajar?
Ingat bahwa seusai kita berpendidikan kita akan menjadi pemimpin. Pemimpin atas diri sendiri, di keluarga, di dalam suku, di kelas terhadap murid-murid, digereja terhadap umat, tapi juga dalam pemerintahan. Kita akan memikul salib yang berat melewati jalan yang berbatu, di jalan yang berlubang-lubang, di bawah tekanan-tekanan hidup. Pertanyaannya, apakah kita akan bertanggung jawab dengan tugas itu atau menyerah dipertengahan jalan?
Tuntutan gereja kingmi dibawah tema “berubah untuk menjadi kuat” bagi pemuda adalah menjadi seperti Daniel ini. Kita harus merubah kebiasaan hidup kita yang selalu menyedikan hati Tuhan dan membuat Dia tersenyum. Merubah kebiasaan hidup kita yang egoistic dengan sikap solidaritas/kebersamaan. Jika demikian pemuda kedepan akan menjadi kuat. Kuat dalam iman tapi juga tindakan kita terhadap sesama. Maka, pemuda akan mewujudkan doa Tuhan Yesus “datanglah kerajaanMu, di bumi seperti di surga.” Pemuda yang mewujudkan doa Yesus adalah pemuda yang cinta damai, pemuda yang menghiasi dunia dengan cinta kasih, pemuda yang saling menghapus air mata, pemuda yang saling memberi makan, pemuda yang melihat penderitaan sesama sebagai penderitaan pribadinya, pemuda yang memberikan tumpangan kepada yang terasing, pemuda yang tertawa dengan orang yang tertawa dan menangis dengan orang yang menangis, dll seperti yang digambarkan Yesus kristu dalam Matius 25.
Pemuda dewasa ini harus mengikuti pola pikir Daniel dan Yesus Kristus. Membuat program pelayanan pemuda berdasarkan pola pikir diatas, sehingga kita tidak didapati sebagai pemuda-pemuda yang hanya berseru Tuhan….Tuhan…, tetapi tidak melakukan kehendak Bapa (Keluaran 20:1-17; Matius 25; Galatia 5:22;,dll). Bisakah pemuda melakukan ibadah sekaligus membagi berkat ala kadarnya dengan anak-anak jalanan, mama-mama yang berjualan beratapkan lagit di depan Galael Jayapura, mereka yang ada di LP Abepuara dan Doyo Sentani, atau memprakarsai ibadah antar denominasi gereja. Pertanyaannya adalah mampukah pemuda hidup seperti Daniel di zaman yang; antara satu dengan yang lain baku makan, penuh dengan intrik politik yang tidak sehat, egoistic dan materialitik, kesenangan dunia lebih utama dari pelayanan, dll?